06 April 2012

ANC (antenatal care) di Jepang

Agak terlambat untuk posting, hanya ingin berbagi saja. Jadi, begini ceritanya . Mulai dari ANC. Pertama kali datang ke RS saya ditanya tentang riwayat pemeriksaan / ANC selama di Indonesia. Memang saya sudah menyiapkan salinan RM saya selama ANC di Semar. Saat itu yang dilihat cuma HPLnya saja, selebihnya nggak terlalu diperhatikan. Trus, karena saya baru pertama kali datang, lebih banyak dijelaskan tentang tata cara mengurus asuransi dan juga mendaftar sebagai pasien di RS tsb. Sempat di USG juga dan dikatakan kondisi janin sehat dan normal. Untuk pemeriksaan yang lebih lengkap, mereka menyarankan saya mengambil buku pemeriksaan kehamilan (semacam KMS) di kantor pemerintahan agar tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya (ada buku berisi kupon khusus untuk ANC dan pemeriksaan lanjutan buat si bayi yang sudah lahir). Sistem jaminan kesehatan di Jepang sangat bagus, meskipun kami bukan orang Jepang tapi mendapatkan fasilitas yang sama dengan orang Jepang itu sendiri. Namun tetap saja, kami diminta menyiapkan sejumlah uang untuk biaya persalinan.

Pemeriksaan ANC kedua, kami diminta membawa translator untuk lebih memudahkan komunikasi hehe, mereka kebanyakan nggak bisa bahasa inggris (mungkin agak malas kali yaa) dan juga perlengkapan pemeriksaan yang sudah didapat dari kantor pemerintahan. Nah, pas ANC kedua ini saya diperiksa lengkap kap kap, selanjutnya jg sama. Pemeriksaan darah rutin dan urine hampir selalu dilakukan. Vitamin tidak pernah diberikan pada bumil kecuali hasil pemeriksaan lab menunjukkan hasil yang abnormal. Jadi, mereka sangat hati-hati dalam hal ini. Setelah pemeriksaan dengan dokter SpOG (ANC, USG, konsultasi medis), saya diharuskan bertemu juga dengan Bidan yang nantinya akan merawat saya setelah persalinan. Bidan disini tugasnya memberi keterangan tentang hal-hal yang harus disiapkan sebelum persalinan (ada kelas khusus tentang ini dan senam hamil tapi saya nggak mengikuti karena sudah mulai ke kampus), makanan yang boleh dan perlu dimakan / ditambah / dikurangi, nasehat dan saran buat bumil, memantau BB Ibu dan janin, memantau His dan DJJ saat memasuki UK 32 minggu (pake alat yang saya lupa namanya hehe). Jadi setiap control hampir selalu makan waktu 2 jam. Waktu control juga sesuai dengan teori; awal kehamilan 2 bulan sekali, masuk trimester 2 sudah mulai 1 bulan sekali, trimester 3 setiap 2 minggu dan makin dekat HPL control 1 minggu sekali. Oia, disini walopun sudah masuk HPL kalo belum ada kontraksi dan ketuban belum pecah, belum boleh ke rumah sakit lo..Jadi, kalo di Indonesia para bumil sudah bisa datang ke RS saat kontraksi sudah semakin sering dan sakit tanpa pecah ketuban. Kalau disini, selama belum ada ketuban yang mrembes atau pecah, disarankan dirumah saja hehehe..

Pengalaman saya, saat HPL saya control dan belum ada kontraksi yang teratur bahkan sakit pun nggak ada, trus disarankan untuk menunggu 1 minggu. Selain itu juga sudah dipersiapkan untuk SC karena melihat BB janin yang besar dan hasil pemeriksaan His masih sangat jarang. Agak nggak rela kalo harus SC, pengennya saat itu juga diinduksi saja hehe. Akhirnya disarankan untuk datang hari Senin (1 minggu kemudian), dan dilakukan pemeriksaan lebar panggul dengan X-ray (agak parno, tapi ternyata hal ini biasa dilakukan disini) kemudian dibandingkan dengan diameter kepala janin. Yahh, ternyata lebar panggul saya agak sempit dibandingkan kepala janin yang (tentu saja) makin besar. Diputuskan, saya sebaiknya SC. Sore itu juga saya masuk RS untuk pemeriksaan dan persiapan operasi dan hari Selasa siang dilakukan SC. Hehe, panjang yaa..Oia, tambahan, sampe SC dilakukan, saya belum mengeluarkan uang sepeserpun!! Cerita setelah persalinan, saya sambung lagi besok..

1 comment:

  1. Aku juga baru berangkat ke rumah sakit setelah ketuban pecah di rumah :)

    ReplyDelete